Tetanus berasal dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. merupakan penyakit yang cukup ditakuti karena dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini mengeluarkan racun bernama tetanospasmin yang bisa mempengaruhi jaringan saraf manusia. Racun akan ,menjalar melalui jaringan saraf tepi, menuju saraf pusat. akibatnya, seluruh otot mengalami kekakuan. Clostridium tetani masuk dalah bakteri Gram positif, anaerob obligat (hidup tanpa oksigen) dan membentuk spora. Spora tersebut mampu bertahan di lngkungan yang panas, anticeptic dan jaringan tubuh selama berbulan-bulan. Spora tersebut banyak terdapat pada kotoran hewan dan manusia.
Tetanus sering menginfeksi luka. Terutama luka yang diakibatkan oleh tusukan benda-benda tertentu. Tetanus sering menginfeksi luka, terutama luka akibat tusukan benda tertantu, seperti paku, jarum, duri, dan sebagainya. Infeksi oleh kuman ini dimulai dari masuknya spora ke dalam luka. Spora itu akan berkembang dan mengeluarkan neurotoksin (tetanospamin) yang akan menyebabkan otot-otot menjadi kejang (spasme). Kontraksi kejang ini sangat kuat, bahkan dapat merobek otot atau fraktur kompresi pada tulang punggung.
Bila kita terkena luka, kita tidak dapat mendeteksi langsung apakah kita terkena kuman tetanus atau tidak. Apalagi luka kecil pun bisa mengakibatkan tetanus. Sebagai catatan saja, kuman tetanus bisa masuk lewat gigi berlubang yang dikorek-korek dengan tusuk gigi atau benda lain yang tidak bersih. Dapat juga masuk lewat telinga, jika kita membersihkannya dengan barang yang tidak bersih.
Tetanus tak segera dapat terdeteksi karena masa inkubasi penyakit ini berlangsung hingga 21 hari setelah masuknya kuman tetanus ke dalam tubuh. Pada masa inkubasi inilah baru timbul gejala awalnya. Gejala penyakit tetanus dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap awal, tahap kedua dan tahap ketiga. Pada tahap awal muncul rasa nyeri di punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh. Sehari berikutnya, terjadi kekakuan otot. Beberapa penderita juga mengalami kesulitan menelan. Gangguan ini terus dialami penderita selama infeksi tetanus masih berlangsung.
Pada tahap kedua, gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus). Gejala pada tahap ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar ke otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus), karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut. Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang. (Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam setelah mengalami luka. Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami tekanan di daerah dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat, dan gerakan dari langit-langit mulut menjadi terbatas.
Pada tahap ketiga, daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang refleks. Biasanya hal ini terjadi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot. Kejang otot bisa terjadi spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar seperti cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini hanya berlangsung singkat, tapi setelahnya akan berlangsung lebih lama dengan frekuensi yang lebih sering.
Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah tulang belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Pernafasan pun juga dapat terhenti karena kejang otot ini, sehingga beresiko kematian. Hal ini disebabkan karena sumbatan saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai, dan penderita tidak dapat menelan.
Pengobatan dilakukan jika sudah muncul gejala ringan. Pertama, sumber luka (infeksi) harus segera diketahui. Kemudian, biasanya dokter akan membuka luka baru agar udara masuk, sehingga kuman mati karena mendapat oksigen. Setelah itu luka dibersihkan dengan antiseptik atau H2O2 dan antibiotik (penisilin). Untuk membunuh toksin tetanus, biasanya pasien diberi suntikan ATS (antitetanus serum). Sedangkan untuk mengatasi kejangnya diberi obat penenang (barbiturat atau valium). Jika keadaan pasien cukup gawat, misalnya otot-otot yang berhubungan dengan pernafasan (otot dada) kaku, maka pasien perlu diberi alat respirator.
Comments
Post a Comment